Tak jarang, saham disebut-sebut sebagai bentuk lain dari judi karena dianggap spekulatif dan berisiko tinggi. Anggapan ini muncul terutama karena ketidaktahuan serta pengalaman buruk sebagian orang yang berinvestasi tanpa strategi. Padahal, saham dan judol berbeda secara prinsip, mekanisme, dan legalitasnya.

Salah satu alasan utama saham disamakan dengan judol adalah karena keduanya sama-sama melibatkan risiko kehilangan uang. Namun, risiko dalam saham bersifat terukur dan dapat diminimalisasi dengan pengetahuan serta strategi investasi yang tepat. Investor yang memahami analisis fundamental dan teknikal dapat memprediksi pergerakan harga saham secara lebih logis. Sementara itu, dalam judol, tidak ada dasar analisis—hasil sepenuhnya ditentukan oleh keberuntungan atau algoritma acak.

Persepsi keliru juga diperkuat oleh banyaknya mimpi 44 individu yang memperlakukan saham layaknya perjudian. Mereka membeli saham hanya berdasarkan rekomendasi acak, tren sesaat, atau ikut-ikutan tanpa memahami nilai dan kinerja perusahaan. Akibatnya, saat harga saham turun, mereka mengalami kerugian dan merasa bahwa mereka sedang “berjudi.” Padahal, jika dilakukan dengan cara yang benar dan dalam jangka panjang, investasi saham justru bisa memberikan imbal hasil yang sehat.

Perbedaan legalitas juga sangat jelas. Saham adalah instrumen investasi yang diatur oleh negara dan dijalankan di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ada sistem perlindungan investor, transparansi informasi, dan mekanisme audit yang memastikan prosesnya berjalan adil. Sebaliknya, judol merupakan aktivitas ilegal yang tidak memiliki perlindungan hukum. Peserta judol tidak tahu apakah sistem yang digunakan adil, dan mereka tidak bisa menuntut jika mengalami kerugian.

Agar tidak terus terjadi kesalahpahaman, edukasi tentang literasi keuangan dan investasi harus diperluas. Masyarakat perlu memahami bahwa saham bukan untuk “main-main,” melainkan bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang. Pemahaman yang benar akan membantu menghindari kerugian karena salah strategi, dan mendorong lebih banyak orang untuk berinvestasi secara sehat. Jadi, sebelum menyamakan saham dengan judol, pahami dulu perbedaannya secara menyeluruh.